Apalah

Menjadi berarti atau tidak, sebenarnya merupakan hal yang tak bersyarat. Tidak terikat pada faktor-faktor luar seperti tempat dan keadaan serta orang-orang di sekitarnya.

Menjadi berarti sungguh membahagiakan, meskipun juga terkadang terlihat merepotkan.

Menjadi berarti… Kata-kata yang kucari-cari setahunan ini.

Adakah aku masih berarti? Adakah yang merasa kehilangan jika suatu hari aku pergi? Adakah dariku yang akan diingat saat aku tak ada? Entahlah.

Mungkin dulu aku membuat keputusan dengan tergesa-gesa. Mungkin kala itu aku terlalu menyibukkan diri dengan hal-hal lain sampai akhirnya ketika waktunya tiba, aku belum siap menghadapi keputusan yang kubuat sendiri. Lalu menyisakan diri yang penuh bimbang. Diri yang tidak punya perencanaan ke depan.

Aku lupa menyiapkan mimpi yang lain. Mimpi selain satu mimpi yang kuidamkan dulu. Ah, aku terkadang rindu diriku yang dulu yang ambisius. Meski tak dapat kupungkiri, ada pula dari aku yang dulu itu yang tak aku suka. Namun, aku rindu diriku yang dulu. Diriku yang rela berlelah-lelah mencapai tujuan.

Aku rindu diriku yang dulu. Diriku yang sibuk memenuhi ‘panggilan’ ini dan itu. Diriku yang seakan tak punya hari Sabtu dan Minggu karena hari-hari itu selalu dipenuhi dengan berbagai agenda.

Kini waktu menyisakan diriku yang ini. Diriku yang letih menunggu waktu berlalu tanpa tahu apa yang akan kubuat.

Entahlah. Mungkin aku terlalu egois. Hanya memikirkan aku, aku, dan aku, sehingga aku lupa bahwa orang-orang di sekitarku pun punya hak untuk mendapatkan senyum dariku, untuk mendapatkan wajahku yang penuh semangat dan optimis. Bukan wajah yang bermuram durja dan seperti tak punya tujuan hidup.

Aku yang kini adalah aku yang terjebak di tengah lautan ketidaktahuan. Sepanjang mata memandang, yang kulihat hanyalah kelabu.

Bukan hal yang tepat untuk selalu mengenang kehidupan yang dulu dan meratapinya. Aku tahu, ketika aku sudah memutuskan melangkah ke tempat yang baru, aku harus siap dengan semuanya. Harus siap membangun ‘arti’ baru di tempat ini dengan orang-orang yang berbeda dari tempat yang lama.

Semangat. Semangat. Semangat. Hanya itu yang kutahu untuk dilakukan saat ini. Semangat menghabiskan jatah dariNya dengan semaksimal mungkin. Tiadalah suatu apa pun dari penciptaanNya yang sia-sia. Itu janjiNya. Maka, bila yang kini kurasa tak bersesuaian dari janji itu, adalah diriku yang telah menyimpang dari jalan kebenaran. Ya Rabb… kembalikanlah hamba ke jalanMu.